MENYAPANEWS-SAMARINDA, Arianto, Ketua Umum HMI Komisariat Politani Cabang Samarinda, menyampaikan kritik keras terhadap tindakan brutal aparat kepolisian saat menangani aksi demonstrasi pada Senin, 26 Agustus 2024.
Demonstrasi damai yang diadakan oleh mahasiswa untuk menyuarakan ketidakpuasan terhadap berbagai kebijakan pemerintah berakhir dengan kekerasan ketika aparat mulai membubarkan massa secara paksa.
Arianto mengecam keras tindakan represif tersebut, menyebutnya sebagai bukti nyata bahwa aparat kepolisian semakin jauh dari fungsinya sebagai pelindung dan pengayom masyarakat.
“Pemukulan terhadap massa aksi adalah tindakan biadab yang tidak bisa dimaafkan. Ini bukan hanya pelanggaran hak asasi manusia, tapi juga penghancuran terhadap prinsip-prinsip demokrasi yang seharusnya dijunjung tinggi oleh negara ini,” tegasnya dengan nada penuh kemarahan.
Ia menambahkan bahwa tindakan represif yang dilakukan oleh aparat pada demonstrasi tersebut tidak hanya mencoreng nama kepolisian, tapi juga mengindikasikan adanya upaya sistematis untuk membungkam suara rakyat yang sah.
“Negara ini semakin lama menunjukkan wajah otoriternya. Aparat yang seharusnya menjaga ketertiban malah menjadi alat kekerasan negara untuk melawan rakyat yang berani bersuara. Ini tidak bisa dibiarkan.”
Arianto menuntut agar aparat yang terlibat dalam tindakan kekerasan tersebut segera diusut dan diberi sanksi tegas. “Kita menuntut transparansi dan pertanggungjawaban penuh dari pihak berwenang. Jika hal ini dibiarkan, bukan hanya hak-hak mahasiswa yang terancam, tapi juga masa depan demokrasi di negeri ini,” tambahnya dengan tegas.
Ia juga menekankan bahwa aksi kekerasan seperti ini bisa menjadi pemantik perlawanan lebih besar dari kalangan mahasiswa dan masyarakat.
“Kami tidak akan tinggal diam. Jika aparat terus-menerus menggunakan kekerasan sebagai solusi, jangan salahkan mahasiswa jika mereka merespon dengan tindakan yang lebih besar lagi. Ini bukan hanya masalah mahasiswa, tapi masalah seluruh rakyat yang ingin mempertahankan hak-hak dasarnya.”
Hingga saat ini, beberapa mahasiswa dilaporkan mengalami luka serius akibat pemukulan yang dilakukan oleh aparat.
Pihak kepolisian masih bungkam dan belum memberikan penjelasan resmi atas kejadian tersebut.
Arianto mengajak seluruh elemen masyarakat dan mahasiswa untuk tetap bersatu dan melawan segala bentuk tirani. “Kita tidak boleh takut. Jika kekerasan adalah bahasa yang mereka pilih, maka kita akan melawannya dengan suara lebih lantang dan aksi lebih besar,” pungkasnya dengan semangat juang yang membara.